Metode Penginjilan Yang Relevan di Suku Ketengban, Papua
Metode
Pelayanan Penginjilan Yang Relevan Bagi Suku Ketengban
Adapun metode-metode pelayanan penginjilan oleh tim misi PUFST,
yang telah peneliti mengevaluasi secara teoretis adalah sebagai berikut:
Pertama, pelayanan
yang bersifat kontesktual interpersonal, hal
ini penting untuk dilakukan oleh tim misi PUFST dalam pelayanan penginjilan kepada
orang-orang di suku Ketengban. Pelayanan ini dengan cara menemui secara pribadi
kepada setiap penduduk setempat, untuk berintraksi mengenai situasi dan kondisi
yang ada di daerah tersebut. Berinteraksi dengan perseorangan untuk menanyakan
dan membahas mengenai sifat atau karakter atau pun kebiasaan orang-orang setempat.
Serta berinteraksi dengan perseorangan untuk memperkenalkan Kristus yang
adalah Tuhan dan Juruselamat. Serta berinteraksi untuk mengarahkan satu persatu
mereka yang bersedia percaya kepada Tuhan.
Kedua, pelayanan
yang bersifat kontekstual papan (rumah), seseorang
yang menyerahkan diri sepenuh hati untuk mengabdi kepada daerah yang masih terisolir,
harus berani mengambil resiko untuk bisa tinggal di tempat (rumah) yang tidak
sesuai dengan keinginan hati, karena bentuk rumah yang ada di suku Ketengban, masih
tradisional. Selain menyesuaikan diri untuk tinggal bersama penduduk setempat,
harus juga memberikan arahan atau bimbingan kepada penduduk setempat untuk: Pertama, membangun lantai rumah dengan
alas kayu karena bahayannya tidur di lantai yang berbahan tanah. Kedua, rumah tempat tinggalnya tidak harus
bercampur dengan hewan piaraan seperti ternak babi. Ketiga, menjaga kebersihan di dalam rumah maupun di halaman rumahnya.
Karena, selama ini di halaman rumahnya banyak rumputan dan berbagai kotoran
yang dapat mendatangkan sakit penyakit, bagi penduduk setempat. Apabila kedepannya
ada bahan bangunan yang modern seperti, senk atau paku, gergaji dan lain-lain, bisa
memberikan pemahaman kepada penduduk setempat supaya dapat dipergunakan untuk membangun
rumah tempat tinggal mereka.
Ketiga,
pelayanan dengan
kontekstual pangan (makanan), setiap
manusia cenderung memiliki sifat untuk memakan makanan yang enak, lezat, bergizi
dan yang bermanfaat bagi tubuhnya. Namun, untuk di suku Ketengban hanya memiliki
dua jenis makanan pokok yaitu: Keladi dan ubi jalar atau ketela, sedangkan untuk
minuman harus diambil dengan berjalan kaki sekitar dua sampai empat kilometer dari
rumah ke mata airnya, maka seorang pelayan Tuhan diharuskan untuk siap menyesuaikan
diri dengan kondisi dan situasi setempat.
Dengan
demikian, maka soal pangan peneliti akan memberikan beberapa arahan antara
lain: Pertama, penduduk setempat dapat
menjaga kebersihan dalam hal makanan pokok seperti ubi jalar dan keladi. Kedua, diberikan
pelatihan cara menanam bibit sayur bunjis, serta diberi pemahaman untuk cara mengkonsumsi
dan kesehatan penduduk setempat. Ketiga, diberikan
pelatihan cara menanam bibit wortel yang benar dan baik. Keempat, diberikan pelatihan cara menanam bibit kentang yang benar
dan baik. Kelima, diberikan pelatihn cara
menanam bibit tomat yang benar dan baik. Keenam,
diberikan pelatihan cara menanam bibit bawang yang benar dan baik. Ketujuh, diberikan pelatihan cara menanam
bibit cabe yang benar dan baik, serta cara mengkonsumsi, agar penduduk setempat
dapat mengkonsumsinya.
Keempat, pelayanan
dengan kontekstual sandang (pakaian), orang-orang
di Suku Ketengban, sebagian besar masih berpakaian tradisional. Mereka mengenakan
cawat untuk para wanita dan koteka untuk para pria. Para pemberita Injil Kristus
yang terbeban untuk melakukan pelayanan kepada orang-orang di suku Ketengban, supaya
menerima mereka sebagaimana meneladani Tuhan Yesus Kristus. Juga diberikan pemahaman
kepada mereka, supaya: Pertama, dapat
diganti dengan pakaian tradisional yang baru, untuk digunakannya apabila yang lama
tidak layak dipakai. Kedua, mengajarkan
cara mengenakan kaos dalam, baju, celana dalam, celana pendek luar, celana
panjang dan lain sebagainya. Ketiga, mengajarkan
penduduk setempat untuk menjaga kebersihan dalam hal berpakaian baik pakaian
tradisional maupun berpakaian modern.
Kelima, belajar
berkomunikasi dengan bahasa daerah setempat, setiap suku dan bangsa
memiliki bahasa dan budaya yang berbeda-beda, seperti di suku Ketengban, memiliki
dua bahasa yang berbeda, maka para pemberita Injil Kristus untuk dapat belajar kedua
bahasa daerah tersebut. Supaya dapat memudahkan untuk berkomunikasi dengan warga
setempat dengan bahasa yang dapat dimengerti. Mendekati mereka dengan cara: Pertama, mengajarkan penduduk setempat
untuk belajar bahasa Indonesia. Kedua, peneliti
dan tim misi PUFST, harus belajar bahasa daerah setempat. Dengan demikian maka,
para penginjil yang terbeban untuk melakukan pelayanan penginjilan di suku
Ketengban, harus belajar berkomunikasi dengan bahasa daerah penduduk setempat.
Keenam, mengenal
dan memahami medan (jarak), suku Ketengban
adalah daerah
yang masih terisolir, setiap aktivitas warga apa pun kegiatannya dan di manapun
lokasinya dilakukan hanya dengan berjalan kaki. Memberi masukan kepada orang-orang
yang ada di suku Ketengban, supaya: pertma,
mereka membangun suatu rumah ditengah hutan, sebagai tempat penginapan, bagi setiap
orang yang akan bepergian dari kampung yang satu sedang menuju ke kampung yang lain.
Kedua, memberi masukan supaya tidak
harus memutar rute perjalanan yang jahu dengan memakan waktu yang lama. Ketiga, memberikan pemahaman kepada penduduk
setempat, untuk membangun jembatan kayu di setiap sungai.
Ketujuh, mengajarkan
cara membaca menulis dan menghitung, orang-orang
di
suku Ketengban, sebagian besar tidak bisa membaca, menulis dan menghitung. Maka,
peneliti dan tim misi PUFST, diadakan program: pertama, mengajarkan abjad, cara membaca, menulis serta menghitung kepada
warga setempat. Kedua, membuka tempat
berkumpul untuk belajar abad, di setiap kampung yang ada di suku Ketengban. Ketiga, memilih orang-orang dewasa yang
berusia dua puluh tahun sampai dengan tiga puluh lima tahun, dari beberapa kampung
untuk mengajarkan abjad: cara membaca, cara menulis dan cara menghitung. Keempat, orang-orang dewasa yang sudah diajarkan
abjad, akan diutus ke daerah-daerah di wilayah sekitarnya, untuk mengajarkan abjad
bagi mereka yang belum bisa membaca, menulis dan menghitung. Kelima, anak-anak usia dini maupun usia remaja
akan diupayakan untuk bisa masuk dan belajar di Sekolah Dasar (SD), akan diutus
pergi belajar di tempat di mana ada SD.
Kedelapan, pelayanan
dengan berdiskusi firman Tuhan, hampir
semua orang yang ada di suku Ketengban, tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf).
Maka solusinya adalah: Pertama, peneliti
dan tim misi PUFST diadakan diskusi firman Tuhan bersama warga setempat secara
lisan, mengenai karya Allah, sifat-sifat dan tujuan Allah bagi dunia ini,
sesuai dengan yang dijelaskan dalam Alakitab. Kedua, menceritakan secara lisan mengenai keberadaan kekekalan
Tuhan Yesus Kristus, hadirnya Tuhan Yesus dengan mengambil rupa seperti bayi manusia
ke dalam dunia ini, serta karya pelayanan Tuhan Yesus Kristus di bumi Israel
dan karya pengurbanan penebusan dosa umat manusia dengan cara mati di atas kayu
salib, dan pengajarannya mengenai kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua
kalinya ke dalam dunia ini. Ketiga, menceritakan
secara lisan mengenai keberadaan Roh Kudus dari kekekalan, dan karya-karya Roh
Kudus dari masa ke masa.
Kesembilan, pelayanan
dengan melibatkan warga setempat, seorang
pemberita Injil Kristus yang belum memahami daerah, budaya dan bahasa yang berbeda
di suatu tempat pelayanannya, lebih tepatnya dapat melibatkan penduduk setempat
agar pelayanannya bisa berjalan dengan lancar. Orang-orang yang ada di suku Ketengban,
dapat dilibatkan bersama tim misi untuk menyaksikan kasih Allah kepada warga setempat
yang belum mendengarkannya. Peneliti dan tim misi PUFST, telah melakukan pelayanan
dengan melibatkan warga setempat, sebab
mereka lebih memahami dengan baik medan atau jarak tempuh bahkan budaya dan bahasa di daerah tersebut.
Pertma, mengunjungi kampung yang ke
kampung yang lain bersama mereka. Kedua, mereka
menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah setempat. Ketiga, mereka menuntun tim misi ke
tempat tujuan, karena mengetahui jalan dan medan.
Kesepuluh, pelayanannya
dengan memberikan motivasi iman percaya mereka,
orang-orang yang tinggal di suku Ketengban masih terbelakang, karena daerahnya
masih terisolir, maka perlu untuk diperhatikan dengan memberikan: pertama, motivasi, arahan, dorongan, nasihat,
bimbingan dan pemahaman untuk tetap mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Kedua, memberikan pemahaman, iman
percaya mereka, mengenai Allah sebagai sang pencipta langit bumi dan segala
isinya. Ketiga, memberikan motivasi
dan nasihat, serta pemahaman mengenai Tuhan Yesus Kristus dan karya-karya-Nya
yang besar bagi penebusan dan keselamatan manusia supaya mereka tidak meninggal
Tuhan dan kembali kepada cara hidup lama yaitu menyembah segala macam jenis berhala.
Keempat, memberikan motivasi dan memberikan
dorongan bahkan semangat kepada orang-orang yang ada di suku Ketengban yang sudah
diajarkan firman Tuhan supaya tetap mengandalkan Roh Kudus sebagai penolong yang
sejati bagi setiap orang percaya, agar iman mereka tetap di dalam Tuhan Yesus Kristus
serta mempraktikkan Firman Kristus dalam kehidupan mereka masing-masing.
Kesebelas,
Pelayanan dengan mengajarkan
garis besar Alkitab Kejadian sampai Wahyu dengan bahasa setempat,
setiap suku dan bangsa di dunia ini, memiliki bahasa yang berbeda-beda. Pertama, peneliti dan tim misi diharuskan
belajar bahasa yang digunakan sehari-hari oleh warga setempat untuk berinteraksi,
dengan orang-orang di suku Ketengban. Kedua,
dengan suatu program yang akan dilakukan oleh tim misi PUFST adalah belajar
bahasa daerah setempat, supaya suatu saat dapat membuat materi garis besar Alkitab
ke dalam bahasa daerah, di suku Ketengban dan dapat mengajarkan warga setempat.
Keduabelas, pelayanan
dengan penuh bertanggungjawab, mengingat daerah yang
sulit terjangkau, maka perlu untuk diadakan program pelayanan mengkontrol dengan
baik kepada orang-orang di suku Ketengban, yang sudah percaya Tuhan Yesus
Kristus. Supaya mereka tetap beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan dan
Juruselamat secara pribadi dalam kehidupan mereka serta mempraktikkan Injil Kristus.
Dengan cara: pertama, peneliti dan tim
misi PUFST, akan lebih fokus membimbing jiwa-jiwa yang sudah percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus, supaya iman mereka bertumbuh dan berakar di dalam Kristus.
Kedua, peneliti dan tim misi PUFST, akan
mengarahkan, memotivasi, mendorong dan menasihati supaya mereka tidak kembali kepada
kehidupan lama yaitu penyembahan berhala, namun tetap iman mereka bertumbuh di
dalam Kristus.
Komentar
Posting Komentar